Powered by Blogger.

Memang aku terlihat aneh ya kalau pakai kacamata?

Aku benci mendengar kata itu. Kata yang membuatku sebal. Kata yang membuatku marah. Kenapa sih mereka tega mengejekku dengan kata itu? Apa tidak ada kata yang lebih sopan?

Berkali-kali aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa sih aku harus terlahir dengan menggunakan benda satu ini? Yah, tentu saja. Benda ini sangat berguna buatku. Aku tidak akan bisa apa-apa tanpa benda ini. Tapi, gara-gara benda ini juga mereka mengejekku dengan kata yang satu itu. Kata yang selalu dilontarkan teman-teman ketika benda ini bertengger di hidungku.

Kacamata.

Memangnya aneh ya kalau seseorang memakai kacamata? Aku heran deh dengan orang-orang yang berpendapat, memakai kacamata itu membuat culun. Culun. Yeah, culun. Bagiku tidak. Sekarang kan sudah ada berbagai model kacamata. Terus, kenapa masih ada orang yang menolak jika mereka disuruh memakai kacamata. Apa nantinya wajah mereka akan aneh kalau pakai kacamata? Menjadi nerd?

Mata kodok.

Aku sebal setiap kali teman-teman melontarkan kata itu. Aku sebal setiap kali mereka memanggilku dengan julukan itu. Aku sebal setiap kali orang yang berkacamata dijuluki julukan itu.

Mata kodok?

Memang mata kodok terlihat seperti itu, ya? Atau mungkin karena mata orang yang berkacamata terlihat lebih besar jika mereka pakai kacamata? Ah, aku tidak tahu juga.

Mata empat.

Ini juga kata yang selalu dilontarkan teman-temanku. Mata empat. Hei, mataku kan ada dua, bukan empat. Kalian tidak bisa menghitung ya? Atau mungkin, karena kacamata itu berlensa dua, terus seseorang bermata dua memakainya, lalu kalau kacamata itu sudah terpakai seseorang itu jadi terlihat punya empat mata? Ah, aku tidak tahu juga.

Setiap kali mereka melontarkan kata-kata itu, aku selalu berharap dalam hati. Andai saja semua orang di dunia ini pakai kacamata. Kira-kira, bakal ada nggak ya julukan-julukan itu? Kalau misalnya ada, tentu saja orang-orang akan saling menjuluki mereka dengan julukan-julukan itu.

Tapi, ada sebagian orang yang berpendapat, jika seseorang berkacamata, mungkin saja orang itu pintar. Tentu saja, aku sering mendengar orang berpendapat seperti itu. Haha, padahal kan belum tentu. Bahkan, ada orang-orang yang menganggap berkacamata itu membuat culun. Hei, kata siapa? Well yeah, kadang-kadang aku merasa enjoy berkacamata. Dengan benda satu ini aku bisa melihat dengan jelas. Tapi, kalau benda ini tidak bertengger di hidungku seperti biasanya, wah, aku bisa gelagapan. Benda-benda di sekitarku menjadi buram semua.

Kemudian aku berpikir.

Ah, biarkan saja lah orang-orang yang menjuluki aku dengan julukan-julukan itu. Dengan kacamata aku sudah merasa nyaman kok! Tanpa khawatir dibilang culun, mata kodok, mata empat, bla bla bla… Terserah deh…

Book keeping

I’ve finished my book keeping task. Yeah, tugas tata buku emang bikin aku jengkel, sebel, marah-marah, ah pokoknya bikin sensi gitu deh. Selain itu, menguras tenaga en duit. Iya, kan harus beli bahan-bahannya.

Mrs. L menyuruh tugas ini harus diselesaikan minggu berikutnya. Gila aja, baru kemaren Kamis dikasih, eh Kamis minggu ini harus dikumpulkan.

So, emang dikasih tugas apa sih?

Kliping.

Yeah. Kami disuruh mengumpulkan lembar faktur, nota, kas bon, en kwitansi. Disertai juga sama kata pengantar, daftar isi, en penutup. Kami harus beli lembaran-lembaran faktur, nota, kas bon, dan bla bla itu ke koperasi sekolah. Kalo udah selesai, harus dijilid. Ugh, sungguh pekerjaan yang mengesalkan.

Selain contoh lembaran faktur, nota, en saudara-saudara sebangsa en setanah airnya, kami juga disuruh mengumpulkan contoh pengisian lembar-lembar itu. Oke lah, book keeping lesson jadi Bahasa lesson.

Gara-gara nggak ada contoh pengisiannya, aku en Desi ngarang bebas (tugas ini dikerjakan dua orang). Kami mengarang isi nota, faktur, kas bon, en kwitansi-nya. Kami isi pake nama palsu (hey, aku juga menyertakan nama my adorable sist di kwitansi), belanjaan di nota en faktur, bahkan tanda tangan palsu! Hahaha…so silly.

Fiuhhhh…akhirnya selesai juga tadi pagi. Kira-kira nilainya berapa ya?

It's about your besties

Punya temen baek?

Pernah ditinggal temen baek?

Sedih..., temen baekku pindah *namanya W*. Padahal belum juga kelas 3 sekelas lagi, dia udah pindah, hiks :'(

Dia baeeeek banget banget banget. Aku jadi nyesel pernah ngambek sama dia gara-gara hal sepele. Sekarang, aku kangeeeen banget banget banget sama dia. Aku suka inget masa-masa bareng sama dia. Waktu kelas 1 dulu, aku en dia duduk sebelahan. Asyik deh!

Tiap hari, becanda sama dia terus. Kalo ada pelajaran yang nggak ngerti, aku en dia suka saling mengajari. Kalo pelajaran mengemukakan pendapat *biasanya sih bahasa Indonesia* suka saling tukar pendapat. Sering maen ke rumahnya kalo pulang sekolah.

Hiks, kenapa sih kamu pindah?

Kapan kita bisa ketemuan lagi?