Powered by Blogger.

Lima tingkatan

Hari Jumat dan Sabtu aku ikut pesantren kilat di sekolah. Pesantrennya full loh, maksudnya dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang pesantren kilat terus - gak belajar. Jadi, pesantrennya bergiliran sama kelas lain. Misalnya hari Senin en Selasa itu kelas X-1, X-2, en X-3. Terus, hari Rabu en Kamis kelas X-4, X-5, X-6. Nah, hari Jumat en Sabtu giliran kelas X-7, X-8, en X-9 deh!

Materi pertama itu tahfiz, baca surat-surat Juz Amma. Terus, materi kedua itu tentang fikih, en yang terakhir tentang akhlak. Nah, yang paling seru itu materi tentang akhlak. Soalnya, gurunya juga menerangkannya sampai ke detail-detailnya, pakai contoh pula. Jadinya kan ngerti hihi.

Ada tuh salah satu materi tentang tingkatan orang Islam.

Tingkat pertama itu Muslim, yaitu orang Islam yang mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi belum melakukan yang namanya shalat, ngaji, zakat, dll. Tingkat kedua itu Mukmin, yaitu orang beriman. Tingkat ketiga Muhsin, yaitu orang yang selalu merasa diawasi sama Allah dalam kehidupannya. Tingkat keempat Mukhlis, yaitu orang yang ikhlas. Menjadi orang yang ikhlas itu beraaaaat banget, kata Pak S, guru yang menerangkan materi ini. Apapun yang dilakukan hanyalah karena Allah, bukan karena apa-apa. (satu hal yang sekarang aku tahu: Kalo misalnya nih kau ditanya sama orang: “Ikhlas gak nih?” terus, kau jawab: “Ikhlas”, berarti kau nggak ikhlas – ngerti tak?). Jadi, kalo misalnya seseorang yang ikhlas habis menolong orang lain, dia nggak mengingat-ingat lagi apa yang tadi dilakukannya. Soalnya kan, dia menolong orang lain hanya karena Allah. Kata Pak S: penjelasan tentang Mukhlis masih panjaaaaaang #lebay. Tingkat kelima Muttaqin, yang kata Pak S: orang surga yang hidup di dunia. Jadi maksudnya, gak peduli lah sama urusan duniawi. Muttaqin itu pembawaanya tenang, gak mudah stress, gak mudah panik.

Tapi kemarin hari Sabtu nggak sampai full ikut sanlat-nya. Soalnya, aku ikut ICAS sih. Dan FYI, soal-soal ICAS English susyaaaaaaaah-lalala deh. Banyaaaaak banget vocab yang aku nggak tahu. Terus, gaya bahasanya pakai gaya bahasa Australian, bukan American – makanya rada beda, begitulah kata Kang U. (FYI: sehari sebelum ICAS, temen-temen di kelas pada ‘berkonsultasi’ sama Kang U, akang yang kemarin baru pulang dari Amerika). Haha heran sama diri sendiri, kenapa malah pilih English ya bukannya pilih Math -______-“

‘Ke, semoga saja nilai ICAS-ku lumayan #terekjes.

p.s tanggal 27 Ags nanti kelas 9G mau buka bareng, yeaaah! Can’t wait lalala~

Photography class

Di sekolah ada pelajaran fotografi loh! Aku kira tuh ekskul, ternyata mata pelajaran. Haa, coba fotografi itu ekskul, pasti ikutan deh! Oke oke, lupakan. Balik lagi ke topik utama.

Nah, jadi waktu pertama kali KBM tuh, langsung teori fotografi gitu. Terus, pertemuan kedua mulai membahas hal-hal tentang fotografi di buku "Black and White Photography" yang ditulis sama Henry Horenstein. Sebenernya, buku dalam format pdf gitu, jadinya pake proyektor deh. Aku udah minta buku pdf-nya di temen hehe (soalnya kan proyektornya disambungkan ke laptop salah seorang temenku, terus buku pdf-nya dicopy deh di laptopnya).

Terus, setelah membahas blabla, Pak N ngasih tugas; buat foto bertema 'dream', 'senja hari', dan foto terbaik yang kita punya (fotonya diambil sebelum hari-diberinya-tugas-fotografi-tersebut).

Nah, kalo foto terbaik itu, aku pilih foto dari-atas-pesawat-itu-loh. Soalnya, aku suka sama foto itu (walaupun jepretan sendiri). Eh, aku jadikan wallpaper di desktop juga loh *terus kenapa gitu?*.

Eh iya, Pak N bilang 'masuk sampah keluar juga sampah'. Maksudnya tuh, jadi foto yang kelihatan jelek, kalo di-edit nggak bakal bisa bagus. Kalo awalnya jelek, walaupun di-edit tetep aja jelek. Begitulah, prinsipnya para fotografer profesional. Mereka berusaha untuk menghasilkan foto yang bagus. Do you get it? Kalo masih nggak ngerti juga, pikirkan deh (halah!).

Nah terus, ada nih kalimat di "Black and White Photography" yang aku temukan; "Good pictures are made by photographers, not cameras, so don’t worry if a complicated camera doesn’t suit your budget or your creative goals. You don’t need the most expensive model or fancy features; many wonderful pictures are made with simple, even primitive equipment."

Eh iya, waktu awal pertemuan, Pak N menunjukkan beberapa foto. Aku kira tuh foto-fotonya bukan hasil jepretan Pak N, soalnya kan kelihatan profesional, detiiiiil banget. Ada foto seekor capung di daun, terus foto motor Harley Davidson. Ternyata eh ternyata, foto-fotonya jepretan Pak N! Huaaaaa keren!

ps. Minggu depan pelajaran fotografi bawa kamera, soalnya buat foto-foto gitu. Asyeeeeek!