Powered by Blogger.

Escapade #1: Museum De Arca

Musim ujian telah tiba. Minggu tenang dihabiskan dengan berbaring gelisah di kasur sepanjang hari sambil scroll hape bukannya membaca slide materi, berburu tempat kerja praktek untuk liburan nanti, dan nonton film. Terima kasih atas industri film yang memberiku alasan untuk keluar masuk gedung bioskop. Entahlah, tapi aku suka bagaimana aku terbenam di kursi sambil makan popcorn dan minum soft drink seraya menatap layar, menikmati cerita dan mendengarkan audio yang lumayan bagus. Lil berkunjung saat liburan dan memberiku alasan untuk masa-bodoh-dengan-ujian-mari-jalan-jalan. Di hari pertama dia menginap di kos, kami langsung nonton Bulan Terbelah di Langit Amerika. Bagus juga filmnya, tapi tidak 100% persis dengan buku. Sebenarnya sudah punya rencana untuk nonton film lainnya, tapi karena hampir semua studio menayangkan TFA akhirnya pilihan kami terbatas.

Sesak


Mataku menerpa pemandangan yang ada di situ. Kota itu tua. Tipikal kota-kota yang selalu aku bayangkan ketika membaca novel dongeng dan fantasi. Jalan berbatu bata merah dinaungi bangunan-bangunan zaman menengah. Cat bangunan-bangunan tersebut berwarna-warni. Kota itu sepi. Tidak ada seorang pun kecuali aku, berdiri kebingungan—bertanya-tanya dalam hati kakiku sedang berdiri di atas tanah di belahan bumi mana. Kutelusuri jalan berbatu bata merah itu.

Nguyel-nguyel kucing di Miaw Shake Cafe

Halo, aku kembali setelah dormansi ngeblog. Semester 5 berjalan lumayan lancar, banyak selo, bisa tidur jam 9 malam, dan bisa mengunyah buku selain diktat kuliah. Ngomong-ngomong, aku baru menamatkan Go Set A Watchman. Aku senang ketika dapat totebag, dapat diskon 20%, dan sampul gratis karena beli di Togamas #theperksofbeingjogjesstudent #rejekianaksholeh. Scout a.ka. Jean Louise dan karakter-karakter lainnya udah beda banget, yeah, kecuali tabiat Scout yang masih pengen pake celana instead of rok. Aku tidak bisa melupakan bagaimana buku itu berakhir ketika menyelesaikannya--terutama bagian Paman Jack menampar Scout eh Jean Louise terus duduk bareng sambil minum alkohol membicarakan Maycomb County dan Atticus, dan oh tentu saja, bagian ketika Jean Louise mengira dirinya hamil sampai galau berhari-hari.

Sebelum kuliah dimulai

Sorry for being such a bad blogger. Padahal dulu waktu awal ngeblog janji ga bakal menelantarkan blog. Maapkeun. Ini karena gatau mau menulis apa, sih, jadinya blog (hampir tidak pernah) diupdate.

Okay, where should I start? Aha, let's start with ArtJog.

ArtJog ini pameran seni tahunan yang diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta. Setiap tahun temanya beda-beda. Tahun ini bertema "Infinity in Flux". Ceunah yang spesial dari tahun ini sih ada wishing tree-nya Yoko Ono. Jadi, pengunjung mendapat kartu gantung yang bisa ditulis ketika membeli tiket, terus nanti bisa digantung di wishing tree. Well, sebagai penikmat sih menurutku karya-karya yang ditampilkan keren semua. Yup, aku berkunjung ke sini lagi mumpung selo.

Ini mengingatkanku akan sekolah.
Karya yang lucu. Setiap ada orang lewat, mata-mata itu akan terbuka dan mengikuti.
Lebih kerennya lagi, ternyata ada gamelan yang bisa main dan bergerak sendiri. Jadi, kau cuma duduk di bangku sementara gamelan itu memperdengarkan lagu.

Setelah itu ujian dan liburan!!! Hamdallah masih bisa pulang ke rumah sementara teman-teman yang lain sibuk kerja praktek selama dua minggu (dan aku akan menyusul semester depan hiks). Jalan-jalan kali ini Lava Tour di Merapi. Tadinya, Ma yang ngajak dan berhasil memanas-manasi aku untuk membujuk Pa juga. Kalau dibandingkan Bromo, medan di Merapi lebih berat, soalnya terguncang-guncang di jeep terbuka. Yep, jeep terbuka. Ditambah angin sepoi-sepoi dan debu.

Di mini museum: bekas rumah penduduk yang terkena letusan Merapi.
Tiga.

Setelah liburan, aku tinggal di JOG sendiri karena aku harus mengambil data seminar--sementara masuk kuliah masih tanggal 24 Agustus. Di fakultasku ada mata kuliah seminar--seperti mini skripsi: ada penelitian, presentasi, dan laporan juga tapi bobotnya 2 SKS.

Pengambilan data sudah selesai, tapi masuk kuliah masih seminggu lagi jadi aku jalan-jalan ke Museum Dirgantara. So thanks to internet. Tadinya aku tidak tahu kalau ada museum ini. Tempatnya enak untuk duduk-duduk santai sambil baca buku dan makan sandwich. Ternyata, dalamnya keren banget: ada diorama, koleksi seragam para petinggi TNI AU, koleksi senjata, koleksi bom (yang sayangnya hanya prototipe hahah), koleksi lencana, dan koleksi pesawat. Hanya dengan tiket masuk 3000 rupiah saja bisa foto ala-ala di depan pesawat.

Pesawat ini cubanget.
Akhirnya ku bisa menjejakkan kaki di kabin pilot.

Btw, have you ever heard of Matter Halo? Itu band indie asal Indonesia. So thanks to Deezer, aplikasi streaming musik. Lagunya enak-enak, apalagi kalau didengarkan selama perjalanan panjang. Begitu aku memasuki Museum Dirgantara, aku langsung teringat Matter Halo, ngomong-ngomong. Kalau penasaran bisa didengar di sini lewat Deezer.

Rehat sejenak

I’m back, peeps. Wah, ini kayaknya kembali blogging hanya karena habis jalan-jalan saja, sih. Setelah melalui empat bulan berkutat dengan semester empat untuk menaikkan IP menjadi tiga koma—terutama terbebas dari laporan, aku memutuskan untuk homeostatis. In case you’re wondering apakah aku main ke gunung atau pantai, aku lebih memilih keliling kota. Pertama, akses lebih mudah—mungkin hanya melalui beberapa titik kemacetan, dan kedua, waktu tempuh lebih cepat—cukup naik motor selama kurang lebih dua puluh menit dari kosan. Entahlah, aku lebih suka duduk di suatu sudut sambil mengamati orang-orang, atau keluar-masuk toko tanpa membeli. Karena minggu-tenang-yang-sebenarnya-tidak-bisa-disebut-tenang, kurasa menambah pengetahuan jalan di Jogja dan mengunjungi beberapa tempat mainstream oke juga.

Jadi, aku pergi ke Lippo Mall—mall baru (percayalah padaku, itu hanya rasa penasaran semata)—dan aku hanya menghabiskan waktu tiga puluh menit di sana karena banyak toko belum dibuka. Setelah itu aku berbelok ke Museum Affandi yang letaknya tidak jauh dari situ. Harga tiket masuk 20K gratis minuman ringan, dan tambah 10K kalau ingin memotret dengan kamera hape dan 20K kalau ingin memotret dengan kamera digital. Ini hanya rasa penasaran semata, padahal sebenarnya aku hanya mengamati lukisan-lukisannya tanpa mengetahui maknanya. Museum ini terbagi menjadi tiga galeri, ada menara pandang, dan café juga (dan di sini kau bisa menukar tiketmu dengan minuman). Tempat yang lumayan untuk mengisi hari Sabtu yang kosong. Ada koleksi lukisan karya Affandi sendiri, karya anak perempuannya, dan karya pelukis lain.

Seorang anak bermain cacing sambil kencing. Sungguh lukisan yang menarik perhatian.

Varanus comodoensis and paintings.

Self portrait.

Selanjutnya, aku pergi ke Taman Pintar. Fun fact: selama di Jogja aku belum pernah ke Taman Pintar--yeah feel free to judge me. Harga tiket 18K untuk wahana Memorabilia—yang sebagian besar berisi foto-foto presiden, tokoh-tokoh penting, dan gubernur Jogja, manikin berpakaian prajurit kraton, dan koleksi presiden keenam negara kita—buku, gitar, dan playlist lagu-lagu ciptaan Pak SBY yang bisa didengar seantero ruangan, dan Gedung Kotak yang berisi peraga-peraga fisika, kimia, biologi dll dst etc yang bisa dimainkan secara langsung—dan yang menjadi favorit bagi pengunjung adalah alat yang membuat rambutmu berdiri jika kau meletakkan tanganmu di atas alat itu. Lumayan menyenangkan untuk dikunjungi.

Tadinya aku ingin ke Gembira Loka karena aku tidak ingat pernah ke sana dulu, dan ingin melihat penguin. Tapi, rencana berubah karena tiba-tiba seorang teman ngajak main ke tempat lain. Jadi, aku malah terdampar di Sindu Kusuma Edupark. Taman bermain ini agak sulit ditemukan sih kalau tidak jeli melihat petunjuk jalan. Tempat ini sejenis Dufan—ada berbagai wahana dan tiket masuknya 15K bonus minuman plus kartu yang bisa diisi saldo kalau ingin naik wahana. Ngomong-ngomong, ikon dari taman bermain ini adalah bianglala-nya yang sering menjadi background selfie. Anyway, tempat yang lumayan untuk duduk-duduk menikmati angin sepoi-sepoi sambil menunggu petang.

Célfie.
A-not-so-called Jogja Eye.

SG, TH, MY

Semester 3 telah berlalu. Sungguh bahagia bisa survive. Ketika melahap novel tidak perlu memikirkan laprak yang belum selesai.

Saatnya homeostasis, biar nggak stress-stress amat.

A not so minggu tenang

Minggu tenang alih-alih dihabiskan meringkuk di kamar dengan tumpukan materi ujian, dihabiskan dengan liburan ke destinasi rutin: SOC dan JOG. 

Luwes tentu saja menjadi tempat wajib yang dikunjungi, selain Gramed.

Hari berikutnya ke JOG langsung melesat ke hutan pinus Imogiri. Ini merupakan tempat keren untuk foto-foto yang akan diupload ke Instagram. Lumayan juga untuk homeostasis sebelum ujian.